First Time, Second Time

Waktu gw tau kalau tumor di payudara kanan itu diduga ganas, jelas langsung lemes. Nangis, ya jelas. Tapi abis itu ada kayak semangat revenge. Bring it on! Ayo hajar bleh! Jangan kasih kendor ini tumor ganas!

Dan ini juga semangat yang terjadi selama kemo. Kemo gw berlangsung lancar dan minim reaksi negatif. Jadi ya semangat revenge itu tetap membara. Mari kita taklukkan ini kanker!

Lalu tibalah akhir kemo di Juni 2017. Lalu break nggak ada tindakan medis apa pun, hanya sebatas kontrol ke dokter saja.

Dan tiba-tiba jreng, dikasih bonus akhir tahun berupa temuan tumor di payudara kiri. And I found myself saying,"Man, seriously?!"

Ini ibaratnya diajak becanda dua kali, tapi gw udah nggak pengen ketawa gitu.

Dengan gw yang expert di bidang over-thinking, jadilah pikiran gw berkelana ke mana-mana. Jangan-jangan mastektomi lagi. Ntar mesti urusan drain lagi. Ntar pemulihan lama lagi. Trus mesti ngurus radiasi. Kemo lagi atau enggak. Bla bla bla, bli bli bli. Ujungnya, tidur lewat jam 12 malem lagi dah.

Fiuh.

Besok paginya gw langsung riset soal diagnosis yang tertera di hasil USG dan FNAB: fybrocistic breast. Itu memang betul benjolan. Treatmetnya persis seperti yang dibilang sama suster JBC dan dr Evert: akan diambil tumornya, trus udah beres -- jika itu jinak. Kalau nggak, maka tindakan lanjutannya adalah BCT. Lalu gw cari gambar payudara yang di-BCT alias lumpectomy. Jadinya kayak punya lesung pipi di toket gitu deh. Mudah-mudahan kelenjar getah bening di ketiak kiri nggak perlu diambil. Kalau ya, kedua tangan gw jadi golden hands. Ah ya kalau pun begitu, disyukuri aja.

"Yang penting kamu sehat," kata Hilman.

Iya. Stay focused, Cit. Deal with what you can deal. One at a time.

Yang. Penting. Sehat.

Family comes first.

Comments

Popular posts from this blog

Konsul ke dr Evert

Kuning

Ini Dia Kata Dokter Bedah Onkologi (1)