Aritmia dan Kembali Jadi #PengabdiBPJS
Tahun ini lumayan banyak kejutan baru di urusan penyakit nih ye.
Salah satunya aritmia. Ini mulai terjadi di sekitar September-Oktober-November 2023. Penyebabnya, nggak tau apa atau kenapa. September itu gw ke Swedia, lalu Oktober ke Norwegia, ditutup Desember ke Singapura. Si aritmia itu mulai muncul pasca September. Apakah ada kaitannya dengan badan gw yang kecapekan dengan jarak ke Eropa dua kali yang terlalu dekat? Ndak tau.
Aritmia yang gw rasakan itu bentuknya adalah debar atau irama jantungnya kayak nggak lengkap. Berdebar 3 kali, abis itu ilang. Abis itu berdebar 6 kali, abis itu ilang. Lha kan aneh dong. Sungguh bikin dagdigdug. Kalau aritmia lagi kumat, lambung ikutan tertekan jadi makin gak karuan untuk makan. Rumit juga yha secara tubuh itu kan semuanya saling berkaitan.
Dokter pertama yang gw datangi adalah dr internis di RS Meilia Cibubur. Dokter suruh gw EKG dan hasilnya adalah ada lonjakan-lonjakan yang menunjukkan aritmia. Lalu langkah pertamanya adalah rule out hal yang patut diduga sebagai penyebab aritmia itu dari sisi dokter internis. Gw diminta cek Kalium, dll. Periksa di Prodia, hasilnya aman. Berarti kita rule out itu ya penyebab dari aspek Kalium dll. Dokter internis lantas merujuk gw ke dokter jantung.
Lalu pergilah gw ke dokter jantung, masih di RS Meilia. Dr Rizky yang adalah dokter jantung meminta gw melakukan USG jantung. Dari awal, dia berkali-kali mewanti dan memastikan: gw mau pakai BPJS atau enggak; karena pemeriksaan akan panjang. Karena udah kadung mengupayakan waktu ke dokter jantung, ya udin lah sikat aja dulu. Jadilah gw USG jantung. Hasilnya, aman. Tidak ada pembengkakan jantung atau pembuluh darah jantung. Jadi apa dong penyebab aritmianya?
Untuk itu mesti ada tes lanjutan yaitu tes treadmil. Di sinilah dokter kembali menawarkan untuk pakai BPJS. Oke lah, mari kita tempuh jalur BPJS demi keamanan kantong dan jiwa.
Kalau jalur BPJS sudah pasti harus #PengabdiBPJS yang sabar mengantre toh. Dan prosedurnya yaaa.. it is what it is. Ada soal beda wilayah, ada soal urusan dokter yang harus ditemui, dan semacamnya.
Maka prosedurnya seperti ini:
- Hilman meminta rujukan dari faskes 1 kami yaitu Puskesmas Jatiasih. Hilman yang ke sana, membawa data hasil gw, serta menjelaskan gejalanya. Lantas Faskes 1 Puskesmas Jatiasih merujuk ke RS di atasnya (RS Kelas C) yaitu RS Kartika Husada. Harus ke RS ini dulu karena RS inilah yang bisa merujuk ke sesama RS yang beda wilayah (RS Meilia itu area Depok). Muncul sebuah dokumen rujukan.
- Dokumen rujukan dari Faskes 1 ke RS Kartika Husada ini harus dibawa ke RS Kartika Husada. Antre dong ke dokter jantung. Nah sebenernya di sini ya gak ada pemeriksaan gimana-gimana. Di-EKG lagi sih dan hasilnya aman. Lalu dikasih rujukan untuk ke RS Meilia untuk melakukan prosedur treadmill.
- Dokumen rujukan dari RS Kartika Husada dibawa ke RS Meilia. Aturan di sini adalah mengantre dari jam 13 untuk dokter yang slot praktiknya di siang atau sore hari. Lalu gw ketemu dokter jantung yang sama, untuk melakukan prosedur treadmill. Hasilnya, gw hanya mencapai 75% dari target semestinya ketika jalan di treadmill. Ngos-ngosan bow. Di dokter ini, gw kasih liat juga daftar catatan makanan gw. "Ibu masih minum kopi susu sih nih, itu adalah pemicu aritmia". Rrrrrrrr.
- RS Meilia lantas mengeluarkan rujukan lagi ke RS di atasnya. Mengapa? Karena ada prosedur lanjutan yang harus gw lakukan dan itu tidak ada di RS Meilia. Prosedur tersebut adalah pasang alat namanya holter, untuk memantau irama jantung gw selama 24 jam. Gw diminta memilih 3 lokasi yang menyediakan prosedur tersebut yaitu di Harapan Kita, suatu RS di Cinere dan RSPAD. Di antara ketiga itu, RSPAD adalah yang paling familiar, karena gw beberapa kali bone scan di sana. Jadilah gw pilih RSPAD.
- Terakhir, gw ke RSPAD membawa surat rujukan terakhir dari Meilia. Tujuan gw adalah ketemu dr jantung di sana yaitu dr Agus Harsoyo.
Kunjungan ke RSPAD untuk mengantre BPJS menuju dokter tentu sebuah ujian kesabaran. Gak boleh mudah ke-triger, mesti santai, kalem, selow demi menghadapi antrean atau birokrasi yang suka bikin puyeng. Sampai RSPAD jam 9 pagi, beres urusan scan barcode sekitar jam 09.45 lalu tensi untuk asesmen itu jam 11-an dan ketemu dokter tatap muka adalah 13.30. Nhaaa mantap yhaaa.
Mengantre dokter berjam-jam ini lumayan terbayarkan dengan sosok dokter yang sangat informatif. Dia sangat nggak pelit ilmu, ramah dan telaten dalam menjelaskan. Setiap kali menjelaskan, maka dia akan bilang "wah ini satu SKS nih". Dr Agus juga kasih stempel dan tanda tangan untuk setiap penjelasan atau ilustrasi soal aritmia yang dia bikin di kertas bekas.
Kesimpulan akhir dari dr Agus Harsoyo adalah:
- Aritmia gw masih ada, jadi perlu tindak lanjut
- Tindak lanjut itu adalah pasang holter dan ABPM yang akan memantau 24 jam
- Setelah itu hasil akan dianalisa untuk menegakkan diagnosis lanjutan untuk tahu pasti apa penyebab aritmia gw
Gw akan pasang holter pada 28 Desember 2023, lepas holter pada 29 Desember 2023.
Selanjutnya pasang ABPM baru bisa di Maret 2024 karena alat terbatas #PengabdiBPJS
Yang jelas sih begini: sekarang gw udah cut kopi susu, duh sedihnyoooo. Dan akibat gak kopi susu, aritmia reda dong. Aritmia reda, maka lambung aman. Yang tadinya lambung mudah sakit sehingga makan sedikit, jadilah sekarang makan kembali ke porsi semulai. Ujungnya adalah timbangan kembali di angka 65 kg. Rrrrrrrrr.
Comments
Post a Comment