Menuju Disko Berikutnya

Kayaknya gw dikasih libur cuma 6 bulan aja nih sama Tuhan :P

Setelah kemo ke-19 berlangsung pada Juni lalu, gw langsung periksa aneka rupa. Ya bone scan lah, ya ke dr Laila lah. Segala macem deh. Lalu bulan Oktober, gw cek lagi ke Prof Z. Aman.

November, muncul benjolan di leher bagian atas, di bawah kuping. Berasanya agak sakit. Ketemunya juga nggak sengaja -- again. Pas jadwal dr Sugiono tanggal 27 November 2017, gw tanyakan soal benjolan di leher itu sama dia dong. Dikasih obat antibiotik seminggu. Kalau nggak kempes, segera balik. Wajib. Oke deh bos.

Pas nyaris seminggu itu tiba, gw secara nggak sengaja menemukan benjolan lain di payudara kiri. Again, ketemunya nggak sengaja. Pas lagi nggaruk. Ini ada apa sih dengan gw dan menggaruk, kok ya nemunya benjolan aneh-aneh.

Daripada gw ketemu dr Sugi hanya untuk benjolan di leher, maka gw konsultasi via WA ke dr Sugi -- gimana kalau gw sekalian USG dulu aja. Kebetulan masih ada surat pengantar dari dr Evert. Tanggal lama sih, tapi boleh lah kali ya.

Abis itu jadilah gw USG pada 5 Desember 2017, ditemani Nita yang kebetulan lagi ada di Jakarta. Gw USG di Lab Pramita, Matraman. Dr Kahar bilang dia agak curiga sama yang di leher -- karena agak besar dan ada di kanan. Bekas mastek gw kan di kanan tuh. Dia menyarankan Pet Scan sih, tapi dia juga tahu kalau dr Evert bukan #TimPetScan

Tanggal 11 Desember, gw ketemu dr Sugi lagi. Gw bawa aneka hasil USG itu kan. Dia menyarankan untuk FNAB. Kata dia, yang di payudara kiri itu tampaknya jinak sih, kalau mau di-FNAB juga. Dua hari kemudian (13 Desember) gw memang jadwal ketemu dr Evert. Begitu ketemu, yang ada gw diomelin dulu. "Penyakit kamu ini semi emergency. Kalau ada benjolan, kamu langsung datang ke saya, jangan tunggu-tunggu." Dan tangan dr Evert ini emang sakti banget. USG leher cuma menemukan satu benjolan, dia menemukan dua benjolan. USG payudara menemukan 1 benjolan, dia menemukan dua benjolan. Sakti!

Abis itu gw langsung dapat banyak PR periksa anu itu (yang artinya keluar duit anu itu lagi uhuks). FNAB leher dan payudara, cek darah CA 15-3, CEA, USG abdomen atas, USG leher, rontgen thorax dan bone scan. Aseli langsung tekor :D

Lalu tibalah tanggal 27 Desember 2017 - saatnya konsul lagi dengan dr Evert. Hasil periksa semua sudah siap. Siap dibaca. Siap didiagnosis. Seperti biasa, periksa fisik dulu. Lalu gw mendengar lah percakapan dokter dan suster yang menyebut "yang ini tambah besar, dok - dua kali lipat". Langsung maknyessss.

Dan ya bener dong. Pas udah di meja, dr Evert bilang: "Ini harus dioperasi." Lalalalalala. Patut diduga ini adalah penyebaran dari payudara yang kanan. Dari pengamatan dan hasil aneka USG itu sih sepertinya jinak. Tapi ya tetap aja mesti diambil. "Kita nggak boleh ambil risiko." Di hasil USG, periksa klinis dan biopsi, memang ada penjelasan yang berulang: ada fibrocystic disease. Ini artinya tumor, bukan kista.

Karena payudara gw tinggal satu (uhuk), maka dr Evert akan mengupayakan operasi BCT. Demi mempertahankan payudara yang kiri. Hang in there babe! Sementara itu untuk benjolan di leher, untungnya udah kempes. Tapi hasil FNAB bilang kalau ini "diduga radang, tapi tidak spesifik". Karena itu, gw masih dikasih obat untuk menaklukkan radang di leher itu.

Di luar, gw disambut sama suster dengan penjelasan lebih detil soal persiapan operasi. Si mbak suster ini yang menuliskan Surat Pengantar Operasi untuk gw bawa ke RS Kramat. Bisa aja sih dioperasi di JBC, tapi nggak bisa asuransi dan mesti cash. Rugi bandar dong. Masa gitu gw bawa aneka plastik kresek berisi duit hahaha.

Begini penjelasan Mbak Suster soal operasi yang akan gw alami. Pertama, gw akan dibius. Tentunyaaaaa! Abis itu dibuka untuk mengambil tumor #1 abis itu langsung di-VC alias potong beku. Saat VC tumor #1 berlangsung, maka akan dilakukan bukaan untuk mengambil tumor #2 Jadi dalam waktu tidak lama, muncul lah hasil VC dari kedua tumor. Hasil VC yang akan menentukan, ini barang jinak atau ganas. Gadis atau janda #eh

Jika itu barang jinak, maka operasi selesai. Toket ditutup kembali. Pertunjukan berakhir. Jika ada yang ganas, maka lanjut ke BCT. Ada catatannya lagi -- BCT itu kalau 1 doang yang ganas. Tapi kalau dua-duanya ganas, maka tarrraaaa... mastektomi alias MRM. Again???!!!

First thing first. Gw berusaha lempeng aja dan nyatet semua penjelasan Mbak Suster. Kata dia, cek dulu admin asuransi dll. Kalau udah beres, lapor ke JBC, jadi kita bisa mulai proses persiapan operasi (cek darah, EKG). In the mean time, gw disuruh cek ke RS Kramat soal prosedur dan ketersediaan kamar dll. So far, jadwal dr Evert masih kosong.

"Oke, secepat-cepatnya itu berarti saya bisa jadwal operasi kapan sama dr Evert?"
"Bebas sih. Jadwal masih agak kosong."
(sama-sama liat kalender)
"Kalau Jumat 5 Januari 2018, masih kosong?"
"Iya. Oke, saya catat di 5 Januari ya."

I can't believe myself. Sekarang itu tanggal 27 Desember 2017 dan gw menjadwalkan operasi untuk diri sendiri di pekan berikutnya. Edan.

Gw langsung WA Hilman: Tahun depan kita disko lagi ya.

Beberapa detik kemudian, dia telfon. "Disko apa nih?" suaranya terdengar cemas.

Ya begitulah. Lyfe.

Abis dari JBC, sebetulnya gw masih cuti, tapi mesti ada urusan ke kantor. Jadilah langsung pesan ojek dan menuju ke kantor. Di jalan, di belakang babang gojek, gw nangis. Gw nggak bisa mendefinisikan kenapa gw nangis. Gw udah punya cukup informasi kalau tumor bisa aja tumbuh lagi, bisa jadi ini metastase, bisa jadi ini barang baru, bahwa bisa jadi ini BCT atau malah sekaligus MRM, dan bisa jadi gw harus menjalani kemo lagi. Bahwa operasinya muahil, apalagi hal-hal sesudahnya huhuhu.

But still -- I'm the expert of over thinking. I'm really good when it comes to "prepare for the worst".

Jadi ya begitulah. Mari kita disko. Mari menghadapi ini bersama-sama.

Comments

Popular posts from this blog

Konsul ke dr Evert

Kuning

Ini Dia Kata Dokter Bedah Onkologi (1)