Berat atau Ringan

Pas gw lagi evaluasi kemo, Prof Zubairi datang untuk visit. Dia datang dengan beberapa pertanyaan.
"Menurut pasien, kondisi sekarang itu sama aja, lebih ringan, lebih berat dibandingkan sebelum kemo?"
Gw spontan ngelirik ke Hil dan alhasil gw langsung diomelin.
"Kok pakai ngeliat ke sana. Yang ditanya kan kamu, pasiennya. Ini memang harus subyektif."
Baiklaaaah. Lalu gw jawab: sama aja. Kayaknya ini jawaban sotoy ya, tapi sesungguhnya gw merasa biasa aja meski tengah menjalani kemo.
Berikutnya:"Menurut pasien, efek samping kemo yang dialami itu ringan, sedang atau berat?"
Nah ini berasa kayak pertanyaan jebakan. Jawaban jujur dan benar adalah ringan. Lagi-lagi ini terdengar sotoy abis. Gw bilang ke Prof Z, menurut gw efek yang gw alami itu ringan jika dibandingkan dengan pasien lain.
"Emang pasien lain gimana?" tanya Prof Z.
"Yang lain kan ada mual, sariawan, nggak bisa makan, dll. Saya paling nyeri aja. Itu pun hanya setelah kemo 1 dan kemo 2. Setelah kemo 3 relatif aman."
"Saya malah tambah gendut, dok," kata gw. Dan ini memang menyakitkan huwaaa. Sekarang gw 58 kilo, padahal biasanya 55-56 kg ajah.
"Kalau sekarang boleh naik berat badan. Tapi kalau udah selesai kemo, nggak boleh. Naik nggak boleh, turun juga hanya setengah kilo aja. Kalau tambah gemuk, nanti potensi kambuh lebih besar."
Waduuuu serem amat.
Soal nyeri, Prof Z minta gw perhatikan badan setelah evaluasi ini.
"Kalau nanti malam kamu merasa nyeri, lapor dokter. Soalnya angka fosfat alkali agak tinggi nih. Kalau ada nyeri, nanti akan dikasih pengantar untuk bone scan."
Dari yang gw baca, rasa nyeri itu bisa jadi penanda ada pertumbuhan sel baru secara signifikan. Artinya, bisa aja ada metastase atau penyebaran, gitu. Untungnya, malam itu nggak ada nyeri sama sekali. Amaaaannn...
Gw akan segera menempuh #Kemo4. Semoga semuanya lancar dan efek sampingnya tetap gini-gini aja.

Comments

Popular posts from this blog

Konsul ke dr Evert

Kuning

Ini Dia Kata Dokter Bedah Onkologi (1)