Merasa Durjana

Dalam 1-2 bulan terakhir, gw mulai berasa nggak karuan. Feeling blue, to the max. Mellow banget rasanya tiap hari. Dan nggak hanya itu, gw berasa not capable of doing many things. As a natural born Virgo, being self-critical is a "gift". Tapi kali ini rasanya bener-bener bikin minta ampun.

Suatu kali gw kabur dari kantor karena berasa nggak sanggup menghadapi materi rapat. Atau pagi-pagi nggak sanggup langsung ke kantor karena merasa ketakutan. Gw bisa nangis menjadi-jadi di ojek. Atau tiba-tiba ngembeng air mata pas lagi di omprengan. 

Hil udah bosen kali dicurhatin melulu sama gw. Gw tiba-tiba mojok dan nangis. Atau nggak pengen ngapa-ngapain parah. Senja aja sampai pernah berkomentar: Ibun sekarang keseringan bengong. 

Nah tuh nulis gini aja gw sambil berlinang air mata. Jangan sampai aja gw jadi suicidal. 

Lalu suatu malam gw browsing soal obat Tamoxifen. Tarraaa.. salah satu efeknya adalah mood swing, juga depresi. Nah, tersangka utama banget nih kalau begitu. Tamoxifen ini adalah obat hormon yang gw minum setiap hari, untuk menekan hormon estrogen alami dari tubuh. Ini diperlukan karena jenis sel kanker gw adalah HER2 positive, yang artinya responsif sama estrogen. Jadilah estrogen alami dari badan harus ditekan, caranya dengan obat hormon yang menjadikan gw pre-menopause. Selain itu, Tamoxifen itu jadi obat untuk mencegah kanker muncul kembali. Caranya ya dengan menipu hormon itu. 

Sejak September, akibat kemo, gw udah nggak mens lagi. Lalu Oktober, gw mulai minum Tamoxifen. Kata dr Sugi,"Semakin kamu nggak mens, semakin bagus."

Ya bagus buat sel kankernya, tapi nggak bagus buat my emotional stability gini. 

Anjrit sumpah seumur idup rasanya gw nggak pernah separah ini ngalamin mood swing. Gw sempet baca ada orang-orang yang give up Tamoxifen karena nggak sanggup menghadapi side effect-nya, terutama di aspek mental health. Dan biasanya orang give up itu di tahun pertama. Sementara gw mesti minum Tamoxifen ini sampai 5 tahun. Lalalalala. 

Sempet baca juga ada seseorang yang pilih untuk give up Tamoxifen karena ingin bersenang-senang bersama keluarganya. Karena dia nggak pingin didera perasaan dan mood yang nggak karuan. 

Gw ngobrol juga sama kakak gw soal ini. Soal stres kantor pasti juga berkontribusi pada kondisi gw sekarang, tapi ada faktor Tamoxifen yang nggak bisa dilupakan. Jika kita anggap betul Tamoxifen adalah pemicu segala perasaan durjana gw ini, maka ya harus cari solusi. Pertama: apakah ada obat selain Tamoxifen yang punya side effect yang lebih manageable? Kedua: kalau mesti lanjut Tamoxifen, apakah perlu obat untuk mood booster atau sejenisnya? Saran yang pasti tokcer, kata kakak gw, adalah olahraga. Karena olahraga memunculkan hormon endorfin: menghalau stres, bikin bahagia. 

Dengan begitu, maka resolusi 2017 gw adalah:
- Good mental health
- Olahraga rutin
- Mulai les musik :)

Comments

Popular posts from this blog

Konsul ke dr Evert

Kuning

Ini Dia Kata Dokter Bedah Onkologi (1)