Run for Your Life!
Tadi gw ditemenin sama Hil konsul ke dr Sugi. Sejak kemarin, gw sibuk menyiapkan diri: sebaiknya gimana bilang ke dr Sugi soal dugaan depresi akibat Tamoxifen ini.
Lalu tiba giliran gw, nomor 20. Masuk ke ruangan, diperiksa, aman untuk kemo ke-11 di hari Kamis pekan ini. Pas dr Sugi lagi nulis-nulis resep, dia mengingatkan gw lagi untuk menurunkan berat badan. "Kalau berat badan naik, tingkat kekambuhan itu lebih tinggi," kata dia. Dia menambahkan juga, kalau BB naik, dosis Herceptin itu naik. Jadi itungannya nggak pas kalau sampai akhir periode kemo Herceptin ini. Dampaknya adalah ada Herceptin yang mesti dibuang karena nggak bisa dipakai lagi. "Biarpun hanya 20 mg, itu udah berapa juta tuh..." kata dia.
Kemudian gw bicarakan soal si Tamoxifen ini. "Dok, saya baca efek samping Tamoxifen itu kan mood swing sama depresi, nah kayaknya saya ada gelagat menuju ke sana tuh. Ada obat lain nggak ya?"
Dia senyum-senyum dulu lalu menjelaskan begini. Bisa saja ada obat lain, tapi gw harus dibuat menopause dulu. Begitu gw menopause, maka obatnya akan beda, bukan Tamoxifen lagi. Efek sampingnya juga beda, yaitu: tingkat kognitif menurun dan pengeroposan tulang.
Trus gw tanya, bukannya gw itu udah jadi menopause karena dikasih Tamoxifen? Betul begitu, tapi secara alami sebetulnya gw belum menopause. Gw masih di periode pre-menopause, karenanya dikasih obat Tamoxifen.
Jadi pilihannya sungguh nggak enak. Bertahan dengan Tamoxifen berarti gw terancam depresi. Beralih dari Tamoxifen berarti gw terancam penurunan tingkat kognitif. Buset. Pilihannya adalah gw jadi depresi atau gw jadi bego. Berat yak hahahaha.
Lalu gw tanya soal olahraga, apakah itu bisa hormon balancing atau enggak. Kata dr Sugi, ya. Harus dilakukan, apalagi gw juga harus menurunkan BB gw demi dosis Herceptin yang tidak berubah.
Baiklah. Jadi olahraga it is. Gw rasanya nggak mungkin pilih opsi beralih dari Tamoxifen ke obat lain kalau resikonya adalah jadi bego. Jadi ya sudah, mari kita manage depresi ini supaya nggak menggerogoti badan dan pikiran gw.
Dan itu kita mulai dengan beli sepatu untuk lari serta mulai lari malam ini. Run for your life!
Lalu tiba giliran gw, nomor 20. Masuk ke ruangan, diperiksa, aman untuk kemo ke-11 di hari Kamis pekan ini. Pas dr Sugi lagi nulis-nulis resep, dia mengingatkan gw lagi untuk menurunkan berat badan. "Kalau berat badan naik, tingkat kekambuhan itu lebih tinggi," kata dia. Dia menambahkan juga, kalau BB naik, dosis Herceptin itu naik. Jadi itungannya nggak pas kalau sampai akhir periode kemo Herceptin ini. Dampaknya adalah ada Herceptin yang mesti dibuang karena nggak bisa dipakai lagi. "Biarpun hanya 20 mg, itu udah berapa juta tuh..." kata dia.
Kemudian gw bicarakan soal si Tamoxifen ini. "Dok, saya baca efek samping Tamoxifen itu kan mood swing sama depresi, nah kayaknya saya ada gelagat menuju ke sana tuh. Ada obat lain nggak ya?"
Dia senyum-senyum dulu lalu menjelaskan begini. Bisa saja ada obat lain, tapi gw harus dibuat menopause dulu. Begitu gw menopause, maka obatnya akan beda, bukan Tamoxifen lagi. Efek sampingnya juga beda, yaitu: tingkat kognitif menurun dan pengeroposan tulang.
Trus gw tanya, bukannya gw itu udah jadi menopause karena dikasih Tamoxifen? Betul begitu, tapi secara alami sebetulnya gw belum menopause. Gw masih di periode pre-menopause, karenanya dikasih obat Tamoxifen.
Jadi pilihannya sungguh nggak enak. Bertahan dengan Tamoxifen berarti gw terancam depresi. Beralih dari Tamoxifen berarti gw terancam penurunan tingkat kognitif. Buset. Pilihannya adalah gw jadi depresi atau gw jadi bego. Berat yak hahahaha.
Lalu gw tanya soal olahraga, apakah itu bisa hormon balancing atau enggak. Kata dr Sugi, ya. Harus dilakukan, apalagi gw juga harus menurunkan BB gw demi dosis Herceptin yang tidak berubah.
Baiklah. Jadi olahraga it is. Gw rasanya nggak mungkin pilih opsi beralih dari Tamoxifen ke obat lain kalau resikonya adalah jadi bego. Jadi ya sudah, mari kita manage depresi ini supaya nggak menggerogoti badan dan pikiran gw.
Dan itu kita mulai dengan beli sepatu untuk lari serta mulai lari malam ini. Run for your life!
Comments
Post a Comment