Hidup Baru Bersama Zoladex & Aromasin


Akhirnya gw mengambil keputusan ini juga: ganti obat Tamoxifen ke Zoladex dan Aromasin. 

Ini keputusan yang lama karena beberapa hal yang... kalo dipikir-pikir lagi, ya it should have been an easy decision. Tapi ya begitulah, namanya juga hamba yha. 

Tamoxifen itu menarik karena dia harganya relatif murah. Zoladex dan Aromasin itu jelas lebih mahal. Tapi kita paham juga, yang nggak menarik dari Tamoxifen adalah bahwa dia bisa memicu munculnya kanker dinding rahim. Karenanya selama pakai Tamoxifen, gw mesti selalu ke dokter kandungan untuk mengecek apakah ada penebalan dinding rahim atau enggak. Dinding menebal = bahaya. Seperti dibilang dr Sugi, maka Zoladex dan Aromasin itu tidak berdampak ke dinding rahim, jadi nggak perlu worry ke sana. So it should've been an easy decision kan?

But somehow, the idea of going into menopause period is somehow scary -- although I don't know why it should be scary. Tamofen harusnya juga bikin gw menopause, tapi ya begitulah, setiap bulan pun selalu mens. 

Satu hal yang akhirnya memicu gw untuk sampai di keputusan pindah obat adalah pada akhir Agustus itu gw nggak mens. Juni-Juli, gw masih mens, tapi Agustus enggak. Harusnya gw seneng dong, berarti obatnya manjur. Tapi tidak mens kan artinya juga ada possibility gw untuk hamil. Astajim, hamil di usia 44 tahun? Enggak deh, makasih. Tapi sungguh itu beneran bikin gw cemas. Karena di akhir Agustus itu situasinya adalah gw nggak mens, lalu badan gak keruan rasanya. 

Jadi Sabtu 3 September 2022 lalu, gw konsul ke dr Sugi dan berkata: "Oke dok, saya siap ganti obat dari Tamoxifen ke Zoladex." Tapi ada yang gw miskalkulasi. Satu, bahwa nggak bisa langsung suntik Zoladex saat itu juga. Dua, bahwa ternyata tetap ada obat harian yang harus diminum yaitu Aromasin. Yah, PR deh... secara kesulitan gw dengan Tamoxifen adalah menjaga disiplin untuk minum Tamoxifen setiap hari di jam yang sama. Iya iya, sudah pakai alarm, tapi ya tetap saja.

Karena ternyata nggak bisa instan hari itu juga, jadilah dikasih resep dulu dari dr Sugi untuk beli Zoladex dan Aromasin. 

Jadi begini fungsi obat-obat tersebut:

- Zoladex: untuk menekan produksi hormon LH supaya tidak merangsang ovarium memproduksi estrogen

- Aromasin: untuk mengurangi produksi hormon estrogen. 

- Tamoxifen: untuk mengeblok estrogen supaya tidak menempel pada sel kanker 

Karena ini kali pertama, maka gw nggak sempet riset macem-macem dan memutuskan untuk beli obatnya di RS Kramat saja (later on, dr Sugi bilang kalau beli obat di YKI - Yayasan Kanker Indonesia - itu harganya lebih murah). 

Selasa, 6 September 2022, gw ke RS Kramat lagi untuk ketemu dr Sugi: suntik Zoladex, dan ambil obat Aromasin. Ternyata tricky juga ini si Zoladex. Ternyata dia tuh mesti disimpan di dalam kulkas. Sementara tempat praktik dr Sugi di lantai 2, dan farmasi ada di lantai 1. Jadilah begitu nama gw dipanggil, gw ke bawah dulu untuk ambil obat, lalu naik lagi untuk bawa obat ke ruang praktik dokter. Lumayan juga olahraga pagi-pagi nih. 

Pas mau suntik, susternya bilang kalau jarumnya gede. Ah segede apa sih, gitu pikir gw. Susternya ketawa-ketawa aja sambil bilang "Bener nih ya nggak takut..." sambil ngeluarin suntikan dari dalam plastik. Yak beneran geda hahaha. Macam ngeliat obeng aja nih gw. Dan dr Sugi juga bilang, ujung suntikan itu lumayan gede. Next time, perlu bawa kasa dan tensoplast, untuk nutup bekas suntikan. 

Abis selesai suntik, mengambil obat Aromasin di farmasi. 

Untuk Zoladex, karena kemarin gw pakai jalur pasien pribadi, maka gw dapat obat Zoladex yang disuntikkan tiap 3 bulan (10.8 mg). Sementara kalau jalur BPJS, maka akan dapat Zoladex yang disuntikkan per bulan (3.6 mg). Untuk suntikan Zoladex yang ke-2 (3 bulan dari sekarang, yaitu persisnya 29 November 2022), dr Sugi udah kasih resepnya sekarang. Nah berarti kan untuk suntikan Zoladex ke-3, gw akan dapat resepnya di 29 November 2022 --- dan gw harus memutuskan apakah gw akan pakai jalur BPJS (3.6 mg) atau jalur pribadi (10.8 mg). 

Untuk Aromasin, maka itu obat harus dimakan tiap hari di jam yang sama. 

Setelah bayar, reality bites -- anjrit, harganya emang lebih mahal ya. Ayo Cit, rajin minum obat, wong udah mahal gini masa gak rajin juga ampun dije... 

Dan inilah harga-harga obatnya di September 2022 di RS Kramat 128:

- Zoladex 10.8 mg = Rp 5.695.395,-

- Aromasin 30 tablet (utk 1 bulan) = Rp 1.680.510,-

- Aromasin 60 tablet (utk 2 bulan) = Rp 3.360.510,-

Setelah itu langsung recheck harga ke YKI:

- Zoladex 10.8 mg = Rp 4.887.600,-

- Zoladex 3.6 mg = Rp 1.816.300

- Aromasin (kayaknya ini buat 30 tablet) = Rp 1.695.000,-

AYOK RAJIN MINUM OBAT, CIT!

Comments

Popular posts from this blog

Konsul ke dr Evert

Hasil PA & IHK

Ini Dia Kata Dokter Bedah Onkologi (1)