Posts

Showing posts from May, 2016

Cari Kamar, Cari Obat

Setelah kelar urusan dr Sugi, perburuan kamar dimulai. Gw dan Hil ke bagian pendaftaran rawat inap. Kebetulan ketemu lagi sama Bu Ratmi yang dulu mengurus ketika gw masuk untuk operasi. Begini infonya: - Karena sudah sore, maka dokumen akan diserahkan ke BPJS pada keesokan harinya. BPJS akan mengecek dokumen. - Jika ok sama BPJS, maka RS Kramat akan mulai mencari kamar sesuai kelas yang tertera di kartu BPJS. - Selain itu, RS Kramat juga akan memastikan ketersediaan obat yang ditanggung BPJS. - Herceptin dipastikan tidak dicover untuk pasien stadium 2A macam gw - BPJS hanya mengcover 1 botol Leukokine (padahal buat kemo, butuh 5 botol) - Kamar kelas 1 di RS Kramat hanya satu, jadi ada kemungkinan turun kelas. Hmm, gw prefer kelas 1 deh secara ini kemo pertama dan pasti akan ada 'rombongan sirkus' yang menemani di RS. Dan kalau bisa milih lagi, mau hari Jumat bisa ya ya ya soalnya Senja udah selesai UAS. Untuk semua kepastian BPJS, kamar dan obat, gw diminta kontak lag

Ready, Get Set...

Image
Hari ini adalah jadwal ketemu dr Evert di pagi hari di JBC dan dr Sugiono di Kramat di sore hari. Sejak awal, gw dan Hil pisah haluan: gw ke JBC dan Hil ngantre konfirmasi di Kramat. Hasil sama dr Evert: - Benjolan di dekat tulang selangka itu belum mengecil - Dikasih obat lagi selama 2 minggu - Bisa dilakukan operasi lokal untuk mengangkat itu benjolan - Operasi bisa dilakukan selagi proses kemo Di ujung pertemuan, dr E memegang tangan gw dan mengucapkan mantra: "Kemo itu berat. Badan kamu harus kuat. Makan sayur, buah, telur satu butir sehari kalau bisa. Kamu siapkan badan kamu ya supaya kuat." Oke! Sementara di Kramat, Hil sukses antre konfirmasi ke dr Sugi. Meja pendaftaran buka jam 7 lewat dikit dan kita dapat giliran nomor 17. Not baaaadddd..  Tapi bagaimana pun, gw bersiap ngantre panjang di Kramat. Bawa laptop, bawa kerjaan, bawa buah dll. Urutan proses di pendaftaran BPJS di Kramat: - ke meja pendaftaran, bilang kalau sudah konfirmasi - serahkan berkas:

Pakai Arm Sleeve

Image
Sejak gw baca dan tahu kalau gw mengalami lymphedema pasca mastektomi, gw udah baca soal keberadaan arm sleeve ini. Sembari mbatin, ini belinya di mana ya? Makdarit begitu ketemu Sr Ella, gw langsung tanya soal arm sleeve ini. Dan ternyata dia jual, hore! Tadi gw ketemu Sr Ella untuk fisioterapi ketiga. Kata doi, makin lancar gerakannya. Bengkak sih pasti bakal terjadi karena kondisi ini kan bonus seumur hidup. Karena itu latihan fisik yang diajarin Sr Ella harus terus dipraktikkan. Intinya sih menggerakkan seluruh lengan ke berbagai poros. Patokannya adalah ada yang bisa dilakukan tangan yang sehat, maka semestinya bisa juga dilakukan oleh tangan yang kena lymphedema. Di akhir latihan fisik, arm sleeve ini dipasang. Mahal bok, 850 ribu. Be nice to me ya. Bahannya kayak stocking tapi agak lebih tebal. Warna seperti warna kulit. Merk arm sleeve ini adalah VENOSAN compression stocking (V4002 Mexico, small long, without hand, CG ~ material: 62% Tactel Polyamide, 26% elastane, 8% cotto

Mandi!

Image
Selasa kemarin gw ke suster Ella lagi. Fisioterapi part 2. Pijat lagi, masuk selongsong lagi dan kali ini pakai bandage. Asiiik ngerasain pakai bandage! Gw diperban di lengan atas dan di dada karena masih ada bengkak di area bawah ketiak dan di lengan atas. Untuk selanjutnya, gw bisa buka pasang perban sendiri. Nggak mesti sama Suster Ella. "Diatur aja tingkat kekencangan bandage sesuai kebutuhan," kata dia. Lalu pas dia pasang perban di dada, dia sambil nanya: kok bekas lukanya masih banyak? Itu lho, yang item-item kayak bekas koreng gitu. Udah ada sebagian yang terkelupas, tapi ya masih banyak yang tersisa juga. Di situ lah gw bilang kalau gw belum mandi, masih lap-lap aja pakai waslap. "Lho kenapa belum mandi?" "Eh, emang udah boleh mandi?" "Ya boleh lah. Sudah sebulan lalu operasinya kan? Mandi aja. Nanti pas radiasi nggak boleh mandi lho." "Heh? 5 minggu nggak mandi? Waslap boleh dong..." "Nggak boleh karena kulit jad

Tour de BPJS

Image
Prosesi BPJS gw ini suka sok banyak pertimbangan deh. Dari awal sebetulnya  sudah mencoret RSCM dari daftar tempat kemo. Jiper duluan bow. Pertimbangannya adalah pasien pasti banyak banget plus bisa-bisa tindakannya lama. Gw teringat kasus Hil yang nunggu FNAB saja sampai 3 bulan. Lalu gw menetapkan hati untuk kemo di RS Kramat. Sempat gentar pindah ke RS Thamrin karena suster JBC bilang, proses BPJS di Thamrin itu gampang. Ngobrol sama nyokap dan Hil soal ini. Pertimbangannya sama: kalau ke Thamrin itu berarti ulang lagi dari awal. Nggak kenal RS-nya juga. Kalau pertimbangan nyokap lebih spesifik: dia atau bokap nggak kenal dokter yang di Thamrin. Beda dengan di RS Kramat yang ada banyak dokter UI-nya. Lalu ngobrol sama pasien dan dapat info: katanya kemo di RS Kramat itu nggak ditanggung semuanya. "Selisihnya lumayan," itu info tambahan dari suster JBC. Duh kan eike jadi binun. Soalnya kemo ini kan 6 kali, sementara Herceptin setahun. Panjang dong itu prosesnya. Kalau s

Demi Rujukan di RSUD

Image
Terima kasih tak terhingga kepada kekasih hatiku Hilman yang telah mengantre BPJS di RSUD Bekasi dengan tekun. Begini prosesnya: - datang ke pendaftaran, serahkan berkas: fc KTP, fc kartu BPJS, surat rujukan dari faskes tingkat 1 (Puskesmas Jatiasih) - dapat nomor antrean (nomor 532), disuruh nunggu di depan poli yang diinginkan (poli bedah) - sementara nunggu di depan poli, itu artinya berkas diperiksa, lalu dioper ke poli terkait itu. - dipanggil di poli, ketemu dokter - dapat surat rujukan ke RS yang dituju (poli bedah onkologi di RS Kramat) Datang ke RSUD Bekasi jam 8an, urusan kelar jam 13. Abis kelar surat rujukan baru mikir. Kalau dari RSUD Bekasi, disuruh ke poli bedah onkologi, lha gw ngulang lagi dong? Padahal kan proses bedah gw udah kelar dan tinggal melaju ke kemo. Tapi pikir-pikir lagi, wajar juga kalau RSUD merujuk ke poli bedah onko. Pada prinsipnya kan rujukan dikasih kalau faskes terkait tidak punya layanan yang diinginkan. Pas di Puskesmas, gw dirujuk ke p

Keramas

Image
Senangnya dikeramasin sama Senja :) Gw: Sekalian mandiin aku dong... Senja: Nggak mau ah. Serem. Muaaah!

Berhitung Herceptin

Image
Inilah fakta yang harus gw hadapi: Herceptin itu mahal dan tidak ditanggung BPJS (karena gw bukan stadium akhir ~ alhamdulillah). Karena Herceptin tidak dicover BPJS, artinya gw harus mengupayakan itu obat sendiri. Yang utama adalah di mana beli dan berapa harganya. Info dari JBC dan kanan kiri menyebut, belilah obat kemo di Yayasan Kanker Indonesia. "Harganya miring," kata suster di JBC. Gw telp ke YKI. Ngobrol sama Ibu Tuti, apoteker di YKI. Sebelumnya gw sempat ngobrol via WA sama Bu Tuti. Dapat nomor Bu Tuti dari Mbak Yuniko CSIC, kenal di FB. Harga Herceptin di YKI adalah Rp 21 juta *pingsan* "Kalau di tempat lain memang berapa?" "Kalau di apotek, harganya bisa Rp 25 juta." *pingsan kali kedua* Kalau menurut dr Ratna (radiologi), dalam setahun itu butuh 14-18 botol Herceptin. Yaaaa coba dah tuh kaliin Rp 21 juta sama 14 botol... *gw nggak sanggup ngitung karena lagi pingsan kali ketiga* Di tengah perasaan 'mampus gw' ini, maka ada in

Kemo yang Tertunda

Semula gw berharap bisa kemo mulai pekan depan. Makanya segala macam gw kebut di pekan lalu. Jumat kemarin udah ambisius tuh: pagi ngurus faskes 1 ke Puskesmas Jatiasih, ngurus rujukan ke RSUD Bekasi dan periksa darah di Prodia. Faskes 1, beres. Ke RSUD batal karena waktu mepet. Menurut info sesama pasien, pendaftaran di RSUD Bekasi tutup jam 9.30 di hari Jumat (hari lain sampai jam 11). Gw baru kelar di Puskesmas jam 8.30. Nah trus di saat yang sama gw juga harus periksa darah & urine di Prodia. Gw sempat kontak ke RSUD, dan petugas sana malah bilang pendaftaran tutup jam 9. Wah ya sudah deh, balik kanan. Akhirnya jemput Senja dulu trus langsung cabs ke Prodia di Kalimalang. Kondisi lapar mulai memuncak secara ini mesti puasa 12 jam sebelum pemeriksaan lab mulai. Sampai di Prodia, eh gagal di pertanyaan pertama dari petugas lab: "Ibu nggak lagi mens kan?" Yaaah... iyaaa, gw lagi mens. Huwaaaa. Kata mbak petugas, pemeriksaan urine bisa nggak tepat kalau lagi mens. B

Fisioterapi Lymphedema

Image
Akhirnya nyobain juga fisioterapi :) Fisioterapi di Jakarta Breast Center ini dilakukan oleh Suster Ela. Dia juga bekerja di Dharmais. Kalau hari kerja, on call, tapi kalau Sabtu pasti ada di JBC. Tahap pertama adalah mompa tangan. Jadi tangan dimasukkan ke dalam sebuah selongsong -- kayak tas raket tenis ukuran besar. Abis itu dipompa deh pakai mesin. Rasanya kayak ditensi gitu, tapi ini untuk seluruh tangan. Ada 4 gelombang pijatan: area pergelangan tangan, lengan bawah, lengan atas lalu dekat bahu. Proses ini berlangsung selama 30 menit. Abis itu, dipijat. Eh bukan dipijat juga sih, lebih tepat disebut dielus. Suster Ela menabur bedak dulu, abis itu mulai mengelus-elus lengan gw. Semua gerakan diarahkan ke atas dan ke bagian yang sehat. Jadi cairan limfe itu numpuk di lengan karena kelenjar limfe kan udah diangkat pas operasi. Jadi cairan yang ngumpul dialirkan ke kelenjar limfe yang masih sehat supaya mengalir lagi ke seluruh tubuh. Enaaaaak rasanya :) Sambil proses mengelus it

Efek Obat Kemo

#1 Sambil baca soal efek obat kemo Gw: Complete hair loss. Itu apa Senj? Senja: Rambut hilang semuanya. Jadi nggak cuma botak? Gw: Nggak. Termasuk ini *nunjuk kumis Senja: Kalau itu nggak papa. Huahahahaha. #2 Sambil nyisir Gw: Kan nanti rambut aku rontok Senj... apa mendingan aku botakin sekarang aja ya? Senja: Jangan. Biarin aja, jadi kan nanti tahu berapa lama dan prosesnya gimana. Ih kamu kok baca pikiran aku sih ;) Aku cinta kamuuuuh Senjaaa!

Antre BPJS di Puskemas Jatiasih

Image
Ini kali pertama gw ke Puskesmas Jatiasih. Dan ini adalah faskes tingkat 1 sesuai yang tertera di kartu BPJS gw. Hilman yang duluan pernah ngurus BPJS di sini, pas dulu dia tumor thyroid. Kali ini giliran gw. Kami sampai jam 07.15. Pintu Puskesmas masih ditutup, di depan ada dua orang duduk-duduk. Setelah celingukan sebentar, salah satu dari Mas itu bilang untuk ambil antrean dulu. "Nanti dipanggil," kata dia. Antrean dibagi dua: kartu kuning untuk lansia, kartu hijau untuk... non-lansia :) Dan gw dapat nomor 29. Lumayaaan.. Yang paling juara adalah tulisan di pintu: harap lepas alas kaki. Kaiyyyaaaa, kayak di mesjid aja ini. Urutan antreannya kayak gini: - Ambil nomor antrean kuning atau hijau. Tunggu di bangku depan. - Tunggu dipanggil. Panggilannya itu per kloter, misalnya: "Kartu hijau nomor 1-10." - Kalau sudah dipanggil, masuk ke dalam Puskesmas. - Abis itu waspada dengan panggilan di loket. Panggilannya sama juga: "Kartu hijau nomor 1-10&

Echocardiograph

Image
Ini adalah prosesi mendengarkan dan merekam gerak jantung gw sebagai bagian dari persiapan kemo. Semestinya sih udah nggak bisa lagi dengerin jantung gw karena udah copot begitu denger kata Herceptin *___* Menurut dr Sugiono, kalau kondisi jantung jelek, nggak bisa pakai Herceptin. Harus cari obat lain. Oke, mari kita disko! Seperti biasa, gw nyari dokter yang tersedia aja. Nggak ada preferensi. Gw absen satu-satu RS Kramat, Carolus, Permata Cibubur sampai Mitra Keluarga Cibubur. Akhirnya gw berlabuh di Mitra bersama dr Bona. Diperiksanya kayak USG gitu: tiduran lalu diuwek-uwek pakai itu alat. Untung juga jantung ada di kiri karena di situ masih ada toketnya. Lha kalau di kanan kan males juga masih bekas luka gitu. Si dr Bona menjelaskan semua yang dia kerjakan sambil nerangin apa yang di layar. Apa daya gw udah terlalu laparrrr untuk konsentrasi. Yang penting, jantung gw baek-baek aja, siap untuk menjalani proses berikutnya. Dan nggak copot. Dia minta gw untuk m

Kejadian Deh...

Image
Hari ini akhirnya dapat kepastian hasil CISH yang dinanti-nanti. Bersama dr Sugiono kita kali ini. "CISH-nya positif," kata dia. Yaaaasssaaalaaaaammm, jerit gw dalam hati. Berarti gw akan menempuh Herceptin selama setahun. Dan Herceptin itu nggak ditanggung BPJS bagi yang (masih) stadium awal. Dan gw adalah stadium 2A (ini sekaligus mengoreksi karena sebelumnya gw tulis kalau gw stadium 1. Ternyata grade itu tidak sama dengan stadium). Lalalalalalala. Jadi begini rincian terapi lanjutan gw: - Kemo 6x Siklus: per 3 minggu Metode: infus. Obat: TCH -- T untuk Taxan, C untuk Carbopatin dan H untuk Herceptin. - Radiasi 25x Siklus: harian -- Senin sd Jumat Metode: disinar. Hanya bisa di RSCM atau RSPAD (untuk BPJS). Kalau bayar sendiri, bisa di Gading Pluit. - Herceptin 1 tahun Jadi setelah kemo 6 kali itu, lanjut lagi Herceptin sorangan wae. Metode: infus. - Terapi hormon 10 tahun Obat: Tamoxifen. Metode: oral alias obat minum. Abis itu gw l

Konsul Hasil FNAB

Barusan kelar sama dr Evert untuk bahas hasil FNAB. Good news: mengarah ke jinak, sepertinya radang. "Oke lady, kita periksa dulu ya..." kata dr Evert. Diukur lagi lah itu si benjolan di dekat tulang selangka. Masih pakai penggaris. Ukuran kali ini adalah 1.1 x 1.2 cm. Sebelumnya si benjolan berukuran 1.6 x 1.9 cm. Wah, mengecil dongs. Sambil periksa, dr Evert tanya,"Kamu apakan ini bulu ketiakmu?" Cukur, dok. "Pakai shaver yang electric," kata gw. "Cukur boleh. Tapi sesudahnya kasih antiseptik ya. Bisa alkohol atau after shave lotion." Jadi ternyata si benjolan yang adalah radang ini bisa jadi terkait infeksi di ketiak. Karena itu dia tanya soal cukur bulket. Untuk mengatasi si radang, gw dapat obat 3 macam: - Garamycin, salep - Nutriflam, kapsul 3x sehari - Alxil, kapsul 3x sehari Ok. Berarti sudah beres soal ini. Yang masih gantung cuma hasil CISH yang belum kunjung selesai jugak ini...

Akhirnya FNAB Juga

Image
Sesuai saran dr Evert, gw melakukan FNAB. Akhirnya, tau juga gw apa itu FNAB. Gw di-FNAB sama dr Nurjati Siregar. Kalo nggak salah inget nama sih ini tantenya Ira, teman SMA gw. Dia menjelaskan dulu prosedurnya. Sekaligus memperlihatkan jarum suntik yang akan dipakai. "Kayak ambil darah aja kok," kata dia. Gw disuruh tiduran lalu terjadilah prosesi itu. Disedot, trus ditaruh di alas kaca. Dicek sebentar, lalu si dokter samperin gw dulu. "Kayaknya hasil kurang bagus..." kata dr Nurjati sambil megang bahu gw. Gw speechless dulu beberapa detik sebelum akhirnya gw bilang: "Ihiiiyyyy..." Dr Nurjati menjelaskan begini: sampel yang dia ambil itu sedikit, nah dari yang sedikit itu hasil tampak mencurigakan. Tapi karena sampel dikit, dia nggak bisa menegakkan diagnosa. Ada 2 pilihan: udahan sekarang, lalu kalau masih kurang yakin akan ambil sampel lagi. Atau, ambil sampel lagi sekarang. Yaaaaa sekarang aja laaah. Secara FNAB harganya 750 ribu boo

Eh, Ada Lagi

Image
Tadi kontrol lagi ke dr Evert untuk cabut perban bekas selang drain. Bekas luka sudah ok. Trus gw teringat ada benjolan di tulang selangka gw. Itu sebetulnya sudah lama, tapi nggak pernah gw perhatiin. Plus kayaknya ukuran segitu-segitu aja. Untungnya tadi gw inget untuk lapor. Dr Evert nyamperin lagi. Lalu periksa itu benjolan dan nandain pakai spidol. "Ini di-FNAB saja ya," saran dia. Kata dia, begini: "Kita harus konsentrasi tenaga kamu untuk kemoterapi dulu karena itu berat." Nanti kalau hasil FNAB menunjukkan jinak, akan observasi dulu saja. "Kalau ganas, gimana?" "Mudah-mudahan dia bereaksi juga dengan obat kemo." Gw nggak sanggup membayangkan harus operasi lagi sih. Ngeri juga kalau ternyata itu ganas lagi dan berasal dari jenis yang berbeda dengan si tumor/kanker payudara. Artinya.... "Kita berdoa supaya itu jinak," kata dr Evert. Baiklaaaaahh... Kita singsingkan lengan baju untuk kemo dulu ah!

Pengganti "Apel"

Image
Di Jakarta Breast Center ada satu lemari di pojokan yang isinya aneka "pengisi" payudara yang sudah diangkat. Itu lho, yang Senja bilang 'diisi apel aja' hehe. Ternyata ada 2 macam. Yang pertama, bahannya busa. Yang kedua, bahannya silikon. "Kalau yang silikon itu biasanya dipakai buat ke pesta. Ini lebih berat, jadi lebih menyerupai asli. Kalau yang busa, buat dipakai sehari-hari," kata Suster Kus di JBC. Tadi gw iseng lihat dan pegang. Yang busa, ya enteng. Bisa dicuci juga. Sekilas ya mirip shoulder pad ala busana 80s gitu. Nah kalau yang bahan silikon, berat bo. Di kotaknya ada tulisan 300 dan 500 - dan ternyata itu maksudnya itu gram. "Buset, berat amat 500 gram..." kata gw sambil nunjuk itu payudara silikon. Lengkap dengan nipple juga lho. "Iya, memang berat. Mungkin ukuran D ya." Kalau yang busa, harganya 75 ribu per buah. Jualnya memang bukan per pasang dengan asumsi mastektomi mengangkat 1 payudara saja. Sementara yang sili

Ke Dokter Gigi

Image
Kemarin sempat baca-baca soal persiapan kemoterapi. Salah satunya adalah periksa gigi. Alasannya begini. Pas kemo, daya tahan tubuh itu melemah. Akibatnya, jadi gampang terserang penyakit. Karena itu kalau bisa calon-calon penyakit pada disingkirkan dulu. Supaya aman selama proses kemo berlangsung. Sebelum pilih dokter, gw sempat tanya sama Lily, teman SMA yang jadi dokter gigi. Dia sempat rekomendasikan ke Oral Medicine, walaupun bisa juga ke dokter gigi biasa. Dan tadi pagi gw ke dokter gigi. Pakai metode praktis aja: cari yang praktik di Sabtu pagi. Dapatnya ternyata di RS Permata Cibubur. Yo wis. Dengan baik hatinya, Senja mau nemenin. Gw diperiksa sama drg Diah Luna. Dari awal gw bilang kalau ini dalam rangka persiapan kemoterapi, jadi sebetulnya gw saat ini nggak ada keluhan apapun. Dan ternyata... si dokter adalah survivor kanker payudara. Wah, kebetulan banget. Dia kena sekitar 10 tahun lalu. Dia bilang, nanti pas kemo, minumlah susu. 1 gelas per hari. Dia menyebut

Yang Horor Adalah....

Jadi kan gw mastektomi itu 19 April, yang adalah 22 hari lalu. Abis itu lengan kanan gw di arah ketiak itu bengkak karena lymphedema. Jadi susah lah itu angkat-angkat lengan dan ketek. Selama ini area eks payudara kanan ditutup perban. Nah tadi pagi kan perban dicopot tuh. Jadi jelas lah keliatan dari arah mata gw (posisi tiduran) ngeliat ke arah lengan yang selama ini bengkak. Yaoloooo itu bulu ketek! Melambai-lambaaaiii... *___* Selama ini emang susah plus ngeri kalau mau cukur. Sebab kan gw pakai shaver manual, sementara area ketiak itu kan rada kebas rasanya. Jadi malah ngeri kalau mau cukuran. Karena itu yang kanan nggak pernah dicukur. Memang disarankannya pakai electrical shaver biar lebih aman. Tapi secara lengan atas gw masih susah diajak kompromi, ya sutra lah yaaa. Akhirnya tadi gw tanya sama suster: "Boleh cukur nggak, Sus?" Untunglah dia bilang boleh :) "Abis cukur, dikasih alkohol aja ya biar bakterinya mati. Perih-perih dikit sih." Okelah. Mari

Copot Drain, Yay!

Image
Tepat 22 hari gw menenteng drain kemana-mana setelah operasi. Dan hari ini, drain dicopooottt! Horeee! No more nenteng kantong sinterklas ke mana pun gw pergi. Hore! Dan ternyata selang di dalam badan gw panjang bow. Dari area tengah dada (di antara 2 toket) dan ujung selang ada di ketiak. Yikes! Bersamaan dengan copot drain, maka perban juga dicopot. Dan artinya bekas jahitan itu terbukaaaaaa ya bow. Welcome Frankestain moment uhuuy. Pas mau udahan sesi, gw tanya,"Dok ini berarti akhir perjumpaan kita ya?" sambil gw nyodorin tangan mau salaman.  Dr Evert menyambut salaman dan bilang,"Saya ini ketua tim di sini, jadi saya pasti pantau terus." Oke deee kakaaakk :)

Menuju Kemo di RS Kramat

Image
Secara gw sudah pasti akan kemo, maka persiapan penting harus dilakukan: doku. Hampir pasti haqul yakin gw pakai BPJS demi kemaslahatan jiwa raga. Hasil ngobrol sama ibu di sebelah gw soal BPJS: gantilah faskes tingkat 1 supaya bisa langsung dirujuk ke RS Kramat 128. Soalnya faskes 1 gw sekarang di Puskesmas Jatiasih. Nah dari situ pasti akan dirujuk ke RSUD Bekasi. Dari situ mesti ngurus rujukan lagi untuk pindah dari Bekasi ke Jakarta. Sementara itu, surat rujukan hanya berlaku 1 bulan. Dan berdasarkan pengalaman Hilman, ngantri di RSUD Bekasi itu nggak tanggung-tanggung edannya: bisa sampai nomor 600! Maka langkah strategisnya adalah ubah faskes 1 ke somewhere di Jakarta sehingga bisa langsung mengarah ke RS Kramat 128. Ini gw simpan biar nggak usah cari lagi. Diambil dari: http://faskesbpjs.blogspot.co.id/2014/10/klinik-bpjs-jakarta-pusat.html?m=1 Fasilitas Kesehatan ( Faskes ) bisa saja dirubah , Caranya mudah ... anda cukup datang ke kantor BPJS terdekat , mintalah  formulir

Obrolan Antar Pasien

Image
Senin lalu, ketemu lagi sama Ibu Andi di JBC. Dia baru operasi Januari 2016 lalu dan sekarang lagi kemo ke-4. Pas ngobrol dia bilang kalau dulu sempat takut operasi. Ke mana-mana dulu 3 bulan sambil nyoba segala macam: aneka alternatif sampai jaket Warsito. Sempat pula daftar untuk operasi di RS, tapi pagi-pagi sebelum operasi, dia kabur. "Saya nggak siap waktu itu," katanya. Akhirnya nyerah, ke dokter Evert. "Saya akhirnya pasrah aja mau diapain sama dokter." Pas ketemu dia lagi, si Ibu Andi ini lagi ngobrol sama orang lain. Perempuan juga. Kami sempat bertegur sapa. Si Ibu satunya lagi lantas nengok ke gw dan bertanya,"Mamanya ya (yang sakit)?" Gw glek dulu. "Saya, Bu." Si Ibu Andi langsung menyambung,"Kalau buat saya, tahun 2016 itu tahun semangat!" Seinget gw akan cerita dia, dia itu kemonya harus setahun. Si ibu satunya nyaut,"Kita nggak boleh bilang ini nahas ya Bu..." "Nggak dong! Justru harus semangat. Abi

Setelah PA & IHK, Lalu?

PA sudah, IHK sudah. Sayangnya belum keluar hasil CISH. Tapi begini gambaran langkah selanjutnya yang harus ditempuh, sesuai hasil konsultasi dengan dr Sugiono (internis) dan dr Ratna (radiologi). - Kemo 6x Ternyata cycle-nya kemo itu 6-8 kali. Diperkirakan, akan butuh kemo 6x. Kemo disarankan duluan mengingat ada faktor 3/10 kelenjar getah bening gw udah kena sama si sel kanker itu. Artinya, God knows where and how far the cells have travelled. Ampun dije. Karenanya, si sel kanker yang nyebar itu perlu dicari secara sistemik ke seluruh tubuh. Caranya ya dengan kemo ini. * Disinar atau radiasi Mesti sudah kemo, ternyata tetap disinar juga. Gw kirain tadinya pilih salah satu atau dua aja gitu hehe. Disinar itu sifatnya lokal -- hanya menyasar daerah tertentu saja. Ini untuk memastikan nggak ada sel-sel kanker yang tumbuh di area mastektomi. Area yang mungkin ikut terpapar adalah paru-paru (di dada kanan) dan jantung (di dada kiri). Radiasi ini akan berlangsung 25x, setiap hari. Tep

Etape akhir bersama dr Evert

Image
Sabtu kemarin, ketemu lagi sama dr Evert. Sampai di lokasi jam 05.45 dan teteuuup aja dapat nomor 4 bow. Gile ini pasiennya pada die hard semua. Di situ gw memperjelas banyak hal. Soal DCIS dan invasif itu, dll. Seperti biasa, so ruang praktik dr Evert mengalun lagu dari player di belakang dia. "Tugas saya hampir selesai," kata dr Evert.  Senin gw dijadwalkan ketemu dr Ratna (radiologi) dan dr Sugiono (kemoterapi). Sementara hari Rabu, ada kemungkinan gw usah bisa copot drain alias 'kantong Sinterklas' (seperti kata dr Evert). Terima kasih ya dr Evert.

Hasil PA & IHK

Image
Ini dia penjelasan lengkap hasil PA (Patologi Anatomi) & IHK (Imuno Histo Kimia). Ini dirangkum dari hasil ngobrol sama dr Evert dan dr Sugiono di kesempatan berbeda.  * Karsinoma mammae invasif Artinya, kanker payudara ini invasif. Alias sudah mulai menyerang ke jaringan lain. Dalam kasus gw, ke kelenjar getah bening. Versi web luar, ini disebut IDC atau Invasive Ductal Carsinoma. Tergolong kanker payudara yang umum dialami. Ini degdegan karena begitu sudah sampai di kelenjar getah bening, itu sel kanker udah bisa jalan ke mana aja. Tanpa terdeteksi secara fisik maupun dari pindaian. Misalnya dia sudah sampai di paru-paru tuh, nah sel kanker baru terdeteksi pindaian kalau sudah 100 juta sel. Kalau 'baru' jutaan sel, nggak terdeteksi. Gaswat. * DCIS < 50% Artinya, Ductal Carsinoma In Situ = kanker di kelenjar susu yang masih ada di lokasi. Ini yang sempet bikin bingung karena seperti bertentangan dengan info invasif ini. Jadi ternyata, di payudara gw itu ada yang sudah

Keripik Kentang

Image
Kemarin liat Senja dan Pelangi makan Chitato. Duh kok pengen ya. Dan, tarrraa... minta Mbak U aja deh bikin keripik kentang. Dijamin bebas MSG, digoreng pakai minyak kelapa. Nyaaammm. Senang!

Akhirnya Lihat Juga

Semalam gw memberanikan diri lihat foto payudara kanan gw yang diangkat. Gross. Kayak seonggok gajih yang bercampur darah. Blenyek. Trus di atas onggokan itu ada sebentuk kulit plus nipple. Yikes. Ternyata begitu ya tampilan jaringan payudara. Dia kayak mbleber gitu mungkin karena nggak ada "bungkus"-nya. Setelah itu gw memberanikan diri lihat foto jahitan di payudara kanan. Sebetulnya udah pernah lihat (pas sambil makan Burcik, trus langsung kontan mewek). Kali ini mau memberanikan diri lihat untuk waktu yang lama. Serem. Kayak ada jahitan ala Frankenstein. Panjang melintang dari sisi bawah payudara sampai ke arah ketiak. Benang jahitannya hitam. Brrrrhh. Perasaan gw langsung campur aduk. Antara sedih, mencoba legowo, pengen nangis dan segala macem. Meski kalau dipikir-pikir ya kehilangan payudara nggak separah kalau tangan gw patah misalnya. Meski toh selama ini juga itu payudara nggak pernah gw pamerin. Meski Senja tidak lagi membutuhkan itu sebagai sumber makanan

Keramas!

Image
Ini adalah keramas kedua pekan ini! Hore! Kali pertama, gw dikeramasin sama Mbak U. Kali ini, kapsternya adalah Hil hehehe. Agak akrobatis juga ini pose keramas. Lebih tepatnya, bikin leher pegel. Kali ini bilas keramas pakai shower jadi proses lebih cepat. Barusan juga gw mandi sendiri. Ini juga jadi mandi sendiri kedua di pekan ini. Biar lambat asal selamat :)

Kembali Kerja

Image
Tiga hari ini adalah kali pertama kerja lagi ke kantor. Masih perlu sombong: ke kantor diantar Hil atau pakai Uber. Gawat ini kalau kelamaan. Ekonomi biaya tinggi. Selama tiga hari ini, itungannya ya penyesuaian. Gw belum berani kerja lama di komputer karena suka nyeri di lengan. Paling ya menclok sana sini buat koordinasi dll. Busana gw hari ini memperlihatkan dengan cukup jelas beda toket kiri dan kanan haha. Hari ini gw pakai kemeja putih. Plus syal besar pink sih. Tadi nggak sengaja liat diri sendiri di kaca pas gw lagi jalan. Keliatan trepes. Plus keinget lagi Mbak Vie bilang gw kurusan. Saat ini gw 55-an kg. Pekan depan akan kembali kerja. Akan mulai ke kantor pakai omprengan dll. Resume to normal life. Semoga lancar dan tetap sehat sentosa. I will not let cancer beat me. I will definitely not let office issues beat me *wink*

Panic Attack

Kemarin malam, iseng meraba payudara kiri, dekat bekas jahitan. Anjrit! Kok berasa ada benjolan? Alamak. Lemes. Hari ini untungnya ketemu lagi sama dr Evert. Pas dia lagi ngosongin drain, gw minta dia untuk nanti ngecek benjolan di kiri. Yang ada gw diomelin :) "Saya lagi konsentrasi bersihkan selang, kamu jangan ajak ngobrol." Hehehe, maap. Abis selesai urusan drain, dia mulai pegang payudara kiri. "Ini cairan kok. Dari bekas luka." Fiuuuuhhh. Lega dari ujung kepala sampai ujung kaki dah.