Posts

Showing posts from 2017

Menuju Disko Berikutnya

Kayaknya gw dikasih libur cuma 6 bulan aja nih sama Tuhan :P Setelah kemo ke-19 berlangsung pada Juni lalu, gw langsung periksa aneka rupa. Ya bone scan lah, ya ke dr Laila lah. Segala macem deh. Lalu bulan Oktober, gw cek lagi ke Prof Z. Aman. November, muncul benjolan di leher bagian atas, di bawah kuping. Berasanya agak sakit. Ketemunya juga nggak sengaja -- again. Pas jadwal dr Sugiono tanggal 27 November 2017, gw tanyakan soal benjolan di leher itu sama dia dong. Dikasih obat antibiotik seminggu. Kalau nggak kempes, segera balik. Wajib. Oke deh bos. Pas nyaris seminggu itu tiba, gw secara nggak sengaja menemukan benjolan lain di payudara kiri. Again, ketemunya nggak sengaja. Pas lagi nggaruk. Ini ada apa sih dengan gw dan menggaruk, kok ya nemunya benjolan aneh-aneh. Daripada gw ketemu dr Sugi hanya untuk benjolan di leher, maka gw konsultasi via WA ke dr Sugi -- gimana kalau gw sekalian USG dulu aja. Kebetulan masih ada surat pengantar dari dr Evert. Tanggal lama sih, tap

Kemo 19 and it's a wrap!

Image
Ini oh so late banget gw nulisnya. Pas jreng kemo ke-19 pada 15 Juni 2017 lalu, berasa gimana gitu. Kemo terakhir bow, setelah aneka turbulensi kondisi kesehatan sejak April 2016 gitu. Antara seneng kemo ini berakhir, atau gelisah ini bakal kambuh atau enggak. Antara mikir bakal merindukan masa small escape dengan kemo, atau justru harusnya seneng karena nggak perlu antre dokter sampai malam lagi. Yang jelas sejak kemo berakhir, God knows betapa gw berusaha nurunin berat badan. Tapi gw nggak berdaya di hadapan sate kambing. Iya makan buah, iya makan sayur, tapi sampai hari gini gw belum sukses makan sayur 3 porsi DAN makan buah 3 porsi per hari. Satu hal yang berubah juga adalah gw hampir nggak pernah pakai sumpelan lagi. Ih padahal dulu kayaknya niat banget beli sampai ke Bintaro gitu. Berasanya sih males aja gitu. Gw nggak ada dalam fase perlu nyeneng-nyenengin diri sendiri dengan punya dua payudara gitu. Malah suka males urusan keringetan di area sana. Hal lain yang gw coba dete

Bone Scan Lagi

Image
Hari ini gw bone scan lagi. Dan kembali di RSPAD Gatot Subroto. Semata-mata biar nggak usah pusing mikirin prosesnya lagi. Di bone scan yang pertama , gw langsung teng-go aja bisa dapat tindakan. Pagi nelfon, ada slot kosong, bayar, jreng langsung bone scan. Ini terjadi tanpa gw riset dulu soal apa sih bone scan itu. Luar biasa ya. So unlike me ;) Kali ini bone scan dilakukan karena #kemo19 sudah selesai. Jadi ini ibarat ngumpulin hasil-hasil menuju rapor naik kelas, menjadi cancer survivor. Jieeh. Amin amin amin. Teman antrean gw adalah seorang tentara. Awalnya sih kita diem-dieman, tapi ya gw nggak betah juga nggak ngajak ngobrol hahaha. Jadi lah gw mulai iseng tanya-tanya dia tugas di mana, ngapain aja di tempat tugasnya dll. In turns out to be exciting stories :) Dia sebelumnya tugas di Poso, kebagian ngejar kelompok Santoso juga. Juga sempet ditugaskan di pulau terluar. Dan dia bilang, lebih baik ditugaskan di pulau terluar dibandingkan di daerah konflik, karena tunjangann

Terjebak Depresi

Gw menduga kalau gw sedang memasuki episode depresi lagi. Di episode awal gw mengalami depresi, ini terkait dengan Tamoxifen yang gw minum. Salah satu efek memang depresi. After I found out that side effect, I started to rationalize what happened to me. All the mellow sessions, all the stop-by-at-the-park-before-going-to-work thing etc. Then I started to recognize that I might have episodes of depression. Then I started to hold back. Pulang kerja on time. Plesir lebih serius. Fokus pada notes to-do list gw. But yet, I feel like going through new episodes. Again. Cant really pinpoint to which event, but I feel the mood swing again. I snapped at my son the other day. Didn't bother with what my husband did to calm me. And I started to go home late again. I feel like I'm avoiding something. But I dont know what it is. I think I need my Headspace back. My Calm back. And perhaps stop watching House during my spare time? Please go away, dear depression. I want to be happy. I need

One More Chemo To Go

Image
Sudah #Kemo17 saja. Kalau dengerin cerita orang lain melewati kemo, kayaknya efek yang gw rasain itu cemen banget. Jadi kalau orang berkomentar ke gw 'wah kuat sekali', gw merasa nggak pantas. Yang kuat itu justru yang mengalami efek berat dan terus berjuang kemo demi kemo. Tapi gw pun nggak boleh jumawa. Apalagi ini sudah dimarahin berkali-kali sama dokter, disuruh turun berat badan. Mungkin gw terlalu happy selama kemo, sampai naik 5 kg sejak mulai kemo di Juni 2016. Atau justru sebaliknya: stres? Huehehe, apa pun itu, BB harus turun! PR utama nih demi sembuh dan tidak kambuh!

#Kemo17 dan Upaya Menuju 55 Kg

Image
Hari ini dokter yang visit itu dokter brondong ganteng itu lagi. Aha! Tumben selama kemo di RS, gw bisa tidur siang. Biasanya ada aja yang pengen gw kerjain. Udah ada laptop dari kantor sebetulnya, waiting for me to work. Tapi gw pengen nurutin badan: tidur. Setelah semua prosesi kemo selesai, seperti biasa ada resume medis dari RS. Di situ mencantumkan sisa obat Herceptin yaitu 61 mg. Karena obat Herceptin ini sudah dari bukaan sejak #Kemo16, maka obat udah nggak boleh dipakai lagi. Udah lewat masa pakainya karena obat sudah dibuka. Karena itulah 61mg itu harus dibuang. Uhuk. Berapa itu yak kalau diconvert ke dalam rupiah, lalalalala. Untuk #Kemo18 alias kemo terakhir, gw berarti harus beli Herceptin lagi. Seinget gw, satu dosis Herceptin itu 330 mg. Sementara sekarang gw dosisnya sudah lebih dari itu karena berat badan gw, yang semula 55 kg, sekarang sudah jadi 60 kg. Waduh! Berarti untuk kemo terakhir, gw sudah harus berberat badan 55 kg lagi??? Astaga. Gimana caranyaaaaa.

Mens!

Image
Tanggal 27 April lalu, gw mens. Lagi. Kaget banget pas tau itu. Sebab gw udah berhenti mens sejak kemo baru-baru mulai. Lalu trus gw kan masih minum Tamofen, yang fungsinya adalah menekan hormon. Trus jadi kenapa gw bisa mens lagi? Gw buru-buru wa dr Sugi. Menanyakan apakah ini berpengaruh ke pengobatan. "Ya," kata dia. Langsung deh gw lemes. Abis itu gw dikasih peringatan keras sama dr Sugi, dilengkapi dengan tanda seru. Disuruh untuk mengurangi berat badan. Karena berat badan yang tinggi akan meningkatkan potensi kekambuhan kanker. Kalau menurut info di sini , mestinya sih nggak perlu khawatir. Terutama karena gw masih di bawah 40 tahun dan secara alamiah belum mengalami menopause. Tamofen itu katanya berfungsi untuk menekan hormon estrogen. Makanya sering disebut gw dibuat menopause dini, karena hormon estrogen yang menurun = menopause. Karena itu juga gw mengalami gejala yang umum terjadi di menopause yaitu hot flashes - yang hanya terjadi sehari setelah gw se

People Come and Go

Di grup CISC Dara, selalu ada saja anggota baru. Kemarin baru ada anggota baru. Bukan dia yang kanker payudara, tapi adiknya. Stadium 4. Tinggal di Pontianak. Disuruh sama dokter untuk segera kemo di Jakarta. Lalu si Mbak Novi ini bertanya beberapa hal mendasar soal apa yang harus dilakukan. Setiap hari ada saja yang begini. Selalu datang orang baru dengan pertanyaan yang sama. Rasanya pengen banget bikinin manual book what to do sehingga nggak perlu ada orang yang bingung setiap saat begitu. Tapi susah juga bikin manual book, wong kondisi setiap orang itu beda. Beda orang, beda penyakit, beda reaksi tubuh, dll. Susah emang kalau urusan sama ciptaan Tuhan :) Di grup, selalu ada saja orang baik yang siap menjawab aneka pertanyaan. Tak peduli seberapa sering ada banyak pertanyaan penuh kebingungan dari orang-orang 'baru'. Hari ini Mbak Novi mengabarkan kalau adiknya meninggal dunia tadi sore. "Dan karena Allah SWT lbh sayang kepadanya, akhirnya td sore adik saya sd

Happy Uniboob Anniversary!

Hari ini, setahun lalu, say goodbye ke 3 tumor dan payudara kanan. You're killing me! Bye! Kalau baca lagi komentar-komentar di Facebook setahun lalu itu, setelah operasi mastektomi terjadi, rasanya nggak karuan. Antara seneng karena tahu punya banyak temen yang doain, sama ada terbersit rasa degdegan: gw kuat nggak ya? Sampai saat ini gw bersyukur karena bisa melewati setahun ini dengan baik. Masih ada Hilman dan Senja yang selalu mendampingi dan menghibur. Masih ada support system bernama keluarga besar yang luar biasa dahsyat. Masih bisa biayai pengobatan yang sudah lah nggak usah dibahas mahalnya kayak apaan. Masih punya asuransi. Masih bisa piknik kalau ada gelagat stres meningkat. In short, masih bisa hidup seperti biasanya. Saat sehat, banyak hal yang kita anggap ya memang sudah seharusnya terjadi begitu saja. Sementara kalau lagi sakit, ampun deh jadi mikir banget. Dulu pas baru kelar operasi, tangan kanan masih amboy kalau diajak beraktivitas. Buka tutup botol aj

Kuning

Image
Pas #Kemo16 gw berasa tangan gw kuning. Gw tanya suster, dia bilang iya. Lalu Hilman datang, dia bilang iya juga. Kalau membandingkan antara telapak tangan dia dan gw, ketara banget. Lalu mulai rada panik. Terakhir gw begini itu pas abis operasi. Dan karena kuning, Hb drop, lalu disuruh transfusi. Dingiiin rasanya. Waduh, apakah ini harus terjadi lagi. Trus dokter visit lagi di sore hari. Dia juga bilang: "Iya, tangan kuning." Dokter: Matanya kuning juga nggak? Gw: Yah, dok, saya kan nggak bisa liat mata sendiri. Setelah itu gw rikues untuk periksa darah lagi. Mumpung masih di RS, mumpung masih skema BPJS, sikat aja lah. Yang tadinya gw udah bisa pulang karena kemo udah kelar, jadinya mesti stay dulu selama 2 jam karena nunggu hasil tes darah. Untungnya hasil tes normal. Nggak ada masalah apa pun. Jadi kenapa tadi kuning ya?

Menjelaskan Prostesis kepada Bocah Laki-laki

Image
Pas setelah semua proses memilih payudara palsu dan bra beres, gw berusaha menjelaskan dengan bahasa sederhana ke Senja dan Pelangi, yang ikut mengantar gw ke Elling Bra ini. Buat Pelangi, mungkin ini lebih nyambung karena dia perempuan. Nah untuk Senja, komentar dia ya sungguh luar biasa priceless lah :) Senja: Itu boneka nanti ditaro di badan Ibun? >> "boneka" itu maksudnya sumpelan busa. Soalnya empuk-empuk kayak boneka hihihi. Senja: Aku nggak ngerti deh, itu ditaro di mana sih? Gw: Inget nggak kamu dulu pernah usul, di tempat bekas payudara kanan Ibun dikasih apel aja? Naah, jadi ini sebagai pengganti apel itu lho. Senja: Ooooo. Ah mendingan apel aja. Eh tapi kalau apel bisa busuk ya... Senja: Itu nanti naronya gimana? Pakai selotip? Hilman: Nggak, pakai lakban (sambil ngakak)  Setelah ngalor ngidul ke percakapan lain, Senja muncul lagi dengan komentarnya. Senja: Ibun jadi kayak orang biasa lagi dong? Huahaha. "Orang biasa" which has

Memilih Payudara dan Bra

Image
Akhirnya terjadi juga nih perjalanan ke Elling Bra. Gw kenal Elling Bra sejak pertama kali urusan dokter di JBC. Ada posternya di sana. Juga pernah tanya-tanya sama suster dan admin JBC soal bra dan silikon buatan Elling Bra ini. Elling Bra ini sudah berdiri selama 18 tahun lho, gayeng! Sebelumnya, gw memang memutuskan untuk going flat saja untuk sisi sebelah kanan pasca mastektomi. Lalu wangsit baru datang ketika dr Sugi menyarankan gw untuk pakai prostesis. Pertimbangan utama: kondisi 'berat sebelah' ini akan berlangsung seumur hidup dan ini bisa berpengaruh ke postur. Ok, jadilah kita atur piknik ke Elling Bra. Kebetulan sekalian bisa angkut Pelangi dan jalan-jalan rame-rame ke Ikea. Udah jauh-jauh ke BSD gitu lho, harus pol sekalian! Kami tiba di Elling Bra ini sekitar jam 09.30. Tokonya kecil, di salah satu ruko di BSD. Nanya satpam sekali, dia langsung tahu toko yang dimaksud dan menunjukkan arah. Di dalam, kami disambut seorang mbak berperawakan kecil. Gw dimin

Sumpelan Payudara

Image
Tadi pas ketemu dr Sugi, dia menyarankan gw pakai sumpelan toket. Dia nggak bilang sih mending pakai yang busa atau silikon. Menurut obrolan sama JBC duluuuu banget, yang silikon itu lebih menyerupai berat aslinya. Banyak yang memakai sumpelan silikon untuk saat istimewa (misalnya kawinan - padahal kenapa mesti menjadikan acara itu istimewa sehingga harus pakai sumpelan yang lebih berat hayo). Sementara sumpelan busa lebih disukai untuk penggunaan harian, karena lebih enteng. Gw tanya sama dr Sugi: selain alasan estetika, pakai sumpelan gitu buat apa Dok? Kata dr Sugi, alasan dia justru bukan estetika. Kata dia, kondisi uniboob gw ini bisa bikin tubuh nggak seimbang. Satu ada 'beban' toket, sementara satunya lagi nggak ada. "Bisa pengaruh ke punggung nanti, karena berat sebelah," kata dia. Hmmm, ok. Masuk akal. Apakah ini akan menandai berakhirnya masa uniboob gw? Mari coba kita riset dulu biar pasti. Kalau ya, maka April mendatang gw bisa men

Ingatan Tajam

Image
Ini tempelan di pintu lift RS Kramat. D okter Sugi itu yang paling kanan. Pasiennya bejibun. Praktik dia nggak hanya di RS Kramat. Dia juga praktik di Mitra Keluarga Bekasi Barat, juga di JBC  Gw konsul ke dia dalam rangka persiapan kemo ke-15. Kalau dihitung-hitung, sudah hampir setahun lah gw jadi pasiennya. Seperti biasa, permulaan ketemu dengan dr Sugi selalu ditandai dengan signature greeting dia: bersalaman dengan kedua telapak tangan sambil dia tersenyum lebar. Lalu tadi dia menyapa, "Pak Hilman nggak ikut?" Wah dokter hebat masih inget nama suami saya lho, kata gw. Lalu dia meneruskan, "Senja gimana kabarnya?" Ebuset, sakti amat itu ingatannya!

#Kemo14 dan Nasihat Dokter

Image
Dosis Herceptin #Kemo14 naik karena berat badan badan naik. Pertama kali kemo, berat badan gw 55 kg. Dari awal dokter sudah bilang: berat badan harus stabil supaya dosis obat nggak naik. Dan sekarang, gw beratnya 58 kg. Jadilah dosis Herceptin naik dari 330 mg ke 360 mg. Dr Sugi: Tingkat kekambuhan makin tinggi lho kalau berat badan naik. Gw: Iya, dok. Dr sugi: Banyakin sayur buah, banyak olahraga. Gw: Iya, dok.

Peluk Tante Nane

Image
Tadi pesan ini lewat GoFood bareng teman sekamar kemo, Tante Nane dan Bu Rini. Buat hiburan karena menu RS sungguh tidak menggoda selera. "Enakan Gado-gado Boplo atau Bonbin?" "Bonbin dong!" kata Tante Nane. Gw kenal Tante Nane sejak April 2016, sehari sebelum operasi mastektomi payudara kanan. Beberapa kali ketemu pas antri dokter di RS Kramat, dan ini kali kedua sebelahan di kamar kemo. Tante Nane kalau cerita nggak bisa distop. Banyak dapat cerita paling gress soal RS dari dia, juga tips menghadapi kemo. Terakhir gw ketemu, ada masalah di paru-paru yang kebanjiran cairan. Obat kemonya sempat yang oral. Kondisinya membaik setelah ganti obat kemo. Hari ini kami bareng lagi. Sebelahan. Di Kamar 205. Gw udah mulai kemo, dia masih nunggu hasil periksa jantung dan paru - keduanya harus beres dulu sebelum mulai kemo, begitu perintah dokter. Sejak pagi Tante Nane gelisah karena dia udah nginep sejak Rabu malam dan sampai Kamis siang belum ada gelagat mulai

Selamat Datang Tumor Jinak

Image
Semalam gw ketemu dr Evert untuk baca hasil biopsi payudara kiri. Hasilnya... Ada tumor yang mengarah ke ke jinak, jenisnya fibrocystic. Oke, gw nggak siap. Sepanjang akhir pekan, gw berpegang pada hasil Pet Scan kalau ini adalah suspect cyst. Dan omongan dr Ani, yang lakukan FNAB, bahwa ini kayaknya kista - meski memang dia juga bilang kalau harus baca hasil lengkap dulu. "Jadi ini bukan kista, Dok?" "Bukan. Nih baca, fibrocystic breast. Itu tumor yang mengarah ke jinak." Then here I was, di depan dr Evert mendengarkan dia bertanya: mau operasi atau observasi dulu? Alamak. Operasi lagi? Bok. Gw kayaknya belum sanggup melewati aneka proses operasi. Lagi. Ini bahkan belum setaun ya cing. Iya sih ini bakal cuma angkat tumor, bukan mastektomi. Tapi membayangkan proses pra dan pasca operasi lagi, booookkk. Gw bengong dulu di depan dia. Observasi dulu deh, Dok. Lalu dia bilang: "Ini terserah kamu." Kalau operasi, maka tujuannya adala

#Kemo13 Teman Baru

Setiap kemo mulai terasa membosankan dan gitu-gitu aja. I still enjoying the me time, though most I work on my laptop during waiting time sih ya. Demikianlah anak rajin dan kurang kerjaan. Kemo 13 ini gw sampai jam 8an. Periksa darah sekira jam 08.30 lalu nggak lama masuk kamar. Tumben admin nggak lama. Lebih tumben lagi, jam 12 udah mulai pasang infus untuk rehidrasi. Wah alamat pulang cepet nih kalau jam segini udah mulai. Dan tentu saja gw keliru. Karena Prof Z baru datang sekitar jam 18. Ya sama aja lah kalo gitu sama kemarin-kemarin pulang malam. Pas Prof Z datang, dia tanya apakah ada keluhan atau nggak. Gw bilang: ada dok, saya jadi stres karena Tamofen. Muka dia agak kaget. Lalu gw lanjut: Saya baca kalau dampak Tamofen itu salah satunya depresi, eh kejadian deh. Dia lalu tanya: stresnya gimana, mikir yang sedih gitu? Gw jawab iya. Lalu untuk sepersekian detik gw mendadak berasa pengen mewek. Untung gw sadar. Ya kali gitu mewek depan Prof Z dan rombongan hahahaha. Tontonan

Benjolan. Lagi.

Image
Tadi ke dr Evert untuk cek hasil Pet scan. Ini berarti dokter ketiga yang baca hasil Petscan, setelah dr Sugi dan Prof Tati. Di mereka berdua, aman. Begitu sampai ke dr Evert... "Ada benjolan di payudara kiri. Kita periksa dulu ya." Maka gw tiduran di tempat tidur pasien. Dr Evert mulai meriksa, sambil ngeluarin penggaris biru kecil. Benjolan di payudara kiri ini dekat nipple. Ukurannya 0.8 x 0.9 cm. "Coba kamu yang rasain, kerasa nggak?" kata dia sambil membawa jari gw. Iya, kerasa. Damn. Di hasil Petscan tulisannya begini: suspect cyst di payudara kiri. Oke. Mudah-mudahan betul kista saja ini. Dan untuk memastikan, besok gw bakal biopsi FNAB. Berdoa yang kenceng dimulai dengan makan sate Cilacap :)

Hygge

Image
Di titik ini, marilah bersyukur. Atas semua yang sudah terjadi. Gw gabung di grup wa soal kanker payudara. Di situ pada sharing macam-macam. Yang terakhir bikin hati miris. Si perempuan kanker payudara, lalu si suami nyumpahin si istri meninggal. Grup langsung penuh dengan dukungan kepada si perempuan supaya tetap kuat dan semangat berobat. Biarin aja si suami begitu, yang penting fokus berobat. Lalu ada juga yang cerita kalau dia ini anak kos. Ya berarti tinggal sendiri, nggak sama keluarga. Cuma dijemput kakaknya kalau lagi kemo. Selebihnya dia harus mengurus dirinya sendiri. Ngurus emosi yang naik turun, juga memastikan supaya asupan makan sehat terus jadi santapan setiap hari. Abis itu rasanya dada sesak. Betapa gw beruntung dengan kondisi sekarang. Ada Hilman dan Senja yang selalu dukung. Ada Mbak U yang setiap pagi bikinin jus dan siapkan buah potong untuk bekal. Ada bokap nyokap di rumah sebelah yang siap bantu. Ada mertua di Kayu Manis yang juga nggak putus kasih support. Ad

Piknik Melawan Depresi

Image
Ada kalanya gw merasa 'kalah' sama si depresi ini. Asemnya, gw masih harus minum Tamoxifen tiap hari sampai 10 tahun mendatang. Sumber huru-hara gw sih nggak lain dan nggak bukan adalah urusan kantor. Kalau soal macet di jalan mah gw cuek. Lah wong nggak nyetir, tinggal tidur nganga di omprengan. Karena gw masih kerja di sini ya harus cari cara mencegah huru-hara ini datang. Kalau pohon di belakang rumah udah bisa berbuah duit, nah itu lain cerita :) First of all sih gw bikin ini situasi jadi bahan bercanda dulu aja. Sambil ngasih kode ke teman-teman di kantor yang deket sama gw untuk waspada kalau gw tiba-tiba edan gitu haha. Juga memaksakan diri untuk olahraga -  di rumah maupun di kantor. Nah, kontji utama menangkal atau mengobati huru-hara ya piknik. Sepanjang Desember gw piknik tiga kali! Januari ini pun udah diisi piknik dadakan. Gw mulai mengerem diri gw supaya nggak multi tasking. Gw sekarang punya notes kecil untuk Bullet Journal supaya gw bisa menata otak gw lebi

Si Biru Jejak Kemo Ekstra Vasasi

Image
Pasca #Kemo12 gw mendapati ada kayak memar biru bekas suntikan infus kemo di punggung tangan kiri. Lingkaran biru kayak memar gitu. Gw menyadari ada itu pas buka perban hari Jumat. Trus karena keliatan kan ya jadi kepikiran. Trus kadang suka berasa kayak ngilu gitu. Kalau ngobrol sama pasien lain, suka ada cerita kalau obat kemo bisa 'ngerembes' gitu. Ini disebut extra vasasi (CMIIW). Dwoh. Kalau ngegoogle gambar Extra Vasasi Kemoterapi, wiih ngeri-ngeri bener bok. Yang juga bikin cemas sebetulnya adalah jangan-jangan gw jadi harus pakai port karena pembuluh darah gw udah pada keok di tangan kiri. Padahal kemo gw ya hanya bisa di sisi kiri, karena sisi tangan kanan kan adalah 'tangan emas'. Gw wa dr Sugi soal ini. Karena dia lama nyaut, gw beralih ke dr Dyah. Setelah memperjelas soal si memar, dia sarankan pakai salep. Tapi ya ini salep juga mesti resep dokter. Eh nggak lama dr Sugi nyaut di wa. Dia bilang, mesti periksa dulu. Yo wis lah nurut aja. Pas akhirnya peri

PET Scan Demi Anu

Image
Hari ini gw menjalani treatment baru lagi: PET Scan. Ini dilakukan sebagai bagian dari evaluasi kemo. Dengan melakukan PET Scan ini maka tidak perlu bone scan, mammografi, USG thorax dan payudara dll. PET Scan ini juga bisa dipakai untuk mendeteksi metastase atau penyebaran sel kanker di tempat lain. Sejak Oktober 2016 sebetulnya dr Evert udah nyuruh PET Scan karena ada 'kenaikan yang tidak menyenangkan'. Setelah itu disuruh lagi oleh Prof Tati untuk evaluasi radiasi dan akhirnya disuruh sama dr Sugi untuk evaluasi kemo tahap 3. Asemnya, PET Scan nggak ditanggung BPJS. Jadi ya mari rogoh kocek (tetangga, kalau bisa haha). Gw melakukan proses ini di RS Gading Pluit. Harga 13.5 juta. Nyam nyam nyam. Persiapan menuju PET Scan begini: - Telp ke RS Gading Pluit , daftar - Wawancara dengan dokter RS untuk tahu riwayat penyakit dan atur jadwal Wawancara bisa by phone atau langsung ke RS - Akan dapat email dari RS berisi aneka form yang harus diisi, isi, scan/foto, kirim balik ke

#Kemo12 Syukur Sehat

Image
Di kemo ke-12 ini, gw justru kebayang-bayang makanan sehat. Jadilah semalam sebelum kemo, gw pesan Salad Circus-nya Anit, temen kuliah. Sepanjang hari di kamar 205, gw berasa kayak di kamar sendiri. Kayak di kamar kos. Buka laptop, beresin kerjaan, pasang Spotify keras-keras sambil nyanyi soundtrack La La Land. Sambil baca-baca juga grup WA CISC Dara. Juga disambi ngobrol sama sesama pasien yang akhirnya jadi penghuni kamar 205 bareng gw. Sambil ngunyah bekal buah dan akhirnya menikmati Salad yang datang kesiangan. Gw tiba pada kesimpulan utama: bersyukurlah atas apa yang gw punya sekarang. Toket satu. Kanker payudara. Ketek kebas. Lengan tebel. Rambut ala Halle Berry. Nggak mens. Mesti minum obat terus sampai 10 tahun mendatang. Never ending worry about my health being compromised. And not to forget: the hidden depression. Kalau ngeliat sekeliling, ya harus bersyukur. Ada orang yang metastase. Ada yang takut ketemu dokter. Ada yang diagnosa terlambat. Ada yang ada masalah pas radi

#Kemo11 Ugal-ugalan

Image
Ini chemoparty total. Ditemani Senja, Pelangi dan Hilman, menu hari ini banyak banget.  Pagi mi ayam dan nasi ayam bakar buat duo anak kecil yang kelaparan. Siang gw pesen sop sum-sum Pak Bustaman. Ajigile sedeeeep banget itu sop sumsumnyaaaa. Abis itu sore pesen pempek Megaria. Malam ditutup dengan martabak telur. Hari ini juga rekor nunggu terlama sebelum akhirnya dikemo. Masuk RS jam 9 pagi, masuk kamar jam 1030 dan baru diinfus untuk rehidrasi itu jam 16. Ampuuun bosennyaaaaa! Seperti juga kemo sebelumnya, gw jadi suka rada ngeri ngeliat jarum. Pas masih sering banget ambil darah, gw sebetulnya lebih anteng. Sekarang, justru karena makin jarang ambil darah, jadinya malah parno. Ajaib. Ini adalah kemo ke-11, terakhir di 2016. Masih ada 7 kemo lagi sampai Mei 2017. Keep it rolling beibeh! And let's beat this damn depression!